"Tanpa Bicara"
Akhirnya semua akan tiba
Pada hari-hari begitu berat untuk dimengerti
Apakah kau masih dapat tertawa lepas?
Seteguk minuman berharap detik melambat
Sambil menatap bayangan kursi tua yang enggan dimakan rayap
Embun pun turun mendekap aku yang terlamun
Diselimuti kabut tipis yang membuat pandanganku samar
Sunyi.. Sepi.. Hening tanpa suara hingar bingar kota
Aku tegak berdiri menyaksikan kukuhnya hutan beton
Begitu angkuh, bisu dalam kemegahan.
Kerlip lampu-lampu dijalan yang mulai menyepi
Perlahan satu-persatu mati
Aku terdiam sejenak untuk melihat keanehan ini
Ya aku banyak berkata (didalam pikiran)
Bukan, itu bukan suaraku. Itu suara burung malam sedang memanggil kekasihnya.
Apakah aku masih dapat berkata (didalam pikiran)?
Saat kudengar detik arloji yang kukenakan, suaranya seakan sedang memburuku.
Teringat ketika aku duduk berdua dengan kau
Aku mendengar suara derap jantung, entah apakah kita sama dalam cinta?
Malam pun sudah terlalu larut, hitam sedikit cahaya temaram menjadi muram.
Wajah-wajah legam yang ku kenal mulai membayang
Nampak bicara dengan logat kesehariannya
Lalu perlahan sirna bersama dengan datangnya sang fajar
Impianku, aku akan jalan terus bersama kenangan.
Aku akan berlari dan melompat untuk menaruh asa di birunya langit sana
Kita bernafas bersama dalam tenda di padang sabana
Kita bicara tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
Kita bicara bagaimana cara meraihnya?, Apakah kita akan tersingkir jika tak mendapatkannya?
Atau tentang pria gantung diri karena putus asa
Sedangkan Kakek tua setia menunggu penumpang becaknya
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berjudi
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk bekerja
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya
Tapi aku ingin habiskan waktuku disisi-Mu.
Pamulang, 16 April 2017
2.37 AM
Akhirnya semua akan tiba
Pada hari-hari begitu berat untuk dimengerti
Apakah kau masih dapat tertawa lepas?
Seteguk minuman berharap detik melambat
Sambil menatap bayangan kursi tua yang enggan dimakan rayap
Embun pun turun mendekap aku yang terlamun
Diselimuti kabut tipis yang membuat pandanganku samar
Sunyi.. Sepi.. Hening tanpa suara hingar bingar kota
Aku tegak berdiri menyaksikan kukuhnya hutan beton
Begitu angkuh, bisu dalam kemegahan.
Kerlip lampu-lampu dijalan yang mulai menyepi
Perlahan satu-persatu mati
Aku terdiam sejenak untuk melihat keanehan ini
Ya aku banyak berkata (didalam pikiran)
Bukan, itu bukan suaraku. Itu suara burung malam sedang memanggil kekasihnya.
Apakah aku masih dapat berkata (didalam pikiran)?
Saat kudengar detik arloji yang kukenakan, suaranya seakan sedang memburuku.
Teringat ketika aku duduk berdua dengan kau
Aku mendengar suara derap jantung, entah apakah kita sama dalam cinta?
Malam pun sudah terlalu larut, hitam sedikit cahaya temaram menjadi muram.
Wajah-wajah legam yang ku kenal mulai membayang
Nampak bicara dengan logat kesehariannya
Lalu perlahan sirna bersama dengan datangnya sang fajar
Impianku, aku akan jalan terus bersama kenangan.
Aku akan berlari dan melompat untuk menaruh asa di birunya langit sana
Kita bernafas bersama dalam tenda di padang sabana
Kita bicara tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu
Kita bicara bagaimana cara meraihnya?, Apakah kita akan tersingkir jika tak mendapatkannya?
Atau tentang pria gantung diri karena putus asa
Sedangkan Kakek tua setia menunggu penumpang becaknya
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berjudi
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk bekerja
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berfoya-foya
Tapi aku ingin habiskan waktuku disisi-Mu.
Pamulang, 16 April 2017
2.37 AM
Comments
Post a Comment